Beranda
BERITA MISTERI
CERITA NOVEL 2024
Cerita NOVEL | Misteri Mayat Pelacur

Cerita NOVEL | Misteri Mayat Pelacur

Raka Pratama, detektif berhati baja dengan pandangan tajam seperti elang, berdiri di hadapan meja otopsi yang tertutup oleh kain putih. Di bawahnya terletak tubuh kaku seorang wanita, korban ketiga dalam satu Minggu terakhir. Luka-luka kejam membalut tubuhnya yang hancur, mengisahkan kengerian yang tak terbayangkan. Raka mengawasi setiap gerakan dokter forensik, Dr. Maya, dengan penuh perhatian. Pandangan mereka bertemu di tengah bayangan yang menari-nari di dinding Tubuh terbujur kaku seorang wanita memenuhi meja otopsi, tak bernyawa namun memancarkan aura kegelapan.yang menakutkan. Luka-luka menganga di ubuhnya, mengisahkan kisah kekejaman yang tak terkatakan. Korban ketiga dalam seminggu terakhir," gumam Dr Maya dengan suara yang membelai angin malam. la memandangi tubuh yang tak lagi memiliki hidup, nemasuki dunia maya dari kematian. "Seperti yang kamu lihat, Raka, pola ini terasa begitu menyolok. Mereka semua adalah pelacur, dihantui oleh tanda- tanda kekerasan yang sama Raka mengangguk, bibirnya menggigit dalam, merasakan tekanan keganasan yang menyusup masuk ke pori-porinya. "Luka tusukan pada bagian vital, ya? Tertuju pada jantung, paru-paru, dan organ vital lainnya," ia mengulang dengan tenang, namun dalam setiap kata yang terlontar terasa kegugupan yang terpendam.

Dr. Maya mengangguk perlahan, wajahnya tercermin dalam cahaya lampu yang samar. "Tepat sekali, Raka. Tidak ada kebetulan di sini. Pelaku ini memiliki obsesi yang berdarah-darah, mengiris tubuh mereka dengan kejam, meninggalkan jejak kekejaman yang tak terhentikan." Raka menatap mayat itu, matanya berusaha nenembus misteri di balik luka-luka yang menakutkar itu. la merasakan getaran rasa takut dan penasaran berkelindan dalam dirinya. Namun, semakin dalam ia menyelami kegelapan itu, semakin tegar pula tekadnya untuk membawa keadilan bagi mereka yang telah berjuang di jalanan gelap kota ini. Dr. Maya menunjuk dengan hati-hati pada luka-luka yang terbentang di tubuh mayat. "Perhatikan, Raka. Luka tusukan pada bagian vital ini sangat mengkhawatirkan. Setiap korban mengalami hal .yang sama. Tusukan-tusukan ini masuk dengan presisi, menargetkan organ-organ vital mereka. Raka menarik napas dalam-dalam, mencoba nemproses informasi itu dalam pikirannya yang tegang. "Seolah-olah pelaku ini memiliki pemahaman mendalam tentang anatomi tubuh manusia. Tidak ada tanda-tanda kebingungan atau ketidaktelitian dalam serangan ini. Ini menunjukkan bahwa pembunuhan ini dilakukan dengan kecerdasan dan kehati-hatian yang luar biasa." Dr. Maya mengangguk setuju. "Tepat sekali, Raka. Pelaku ini bukanlah seseorang yang bertindak secara sembarangan. Ada rasa dingin yang tersirat dalam tindakannya. Seakan-akan ia adalah seorang ahli bedah yang terlatih dengan baik."

Raka memperhatikan setiap detail dengan seksama "Apakah ada pola lain yang bisa kita temukan? Selain luka tusukan yang sama?" Dr. Maya mengedipkan mata, memperlihatkan pengetahuannya yang mendalam tentang kasus ini. Selain luka tusukan, ada juga tanda-tanda penyiksaar pada tubuh mereka sebelum mereka akhirnya tewas Beberapa korban memiliki bekas luka yang menunjukkan perlakuan yang kejam dan sadis sebelum mereka ditemukan.' Raka merasa serpihan kebencian memenuhi hatinya "Pelaku ini benar-benar penuh keganasan dan kebencian. Dia ingin melampiaskan amarahnya kepada para korban yang seakan mewakili segala dosa yang pernah ia alami." Dr. Maya mengangguk dan melanjutkan penjelasannya. "Selain itu, saya menemukan jejak DNA yang tidak terduga di salah satu korban. DNA itu tidak cocok dengan korban atau siapapun yang pernah kita identifikasi. Pelaku ini mungkin telah sengaja meninggalkan jejaknya sebagai suatu pesan atau tantangan." Raka merasakan getaran tegang melintas di tulang belakangnya. "Dia ingin kita tahu bahwa dia ada di sini. Dia ingin kita memburunya, seperti seekor binatang pemburu yang tak kenal lelah.' Dr. Maya mengambil secarik kertas kecil yang terlipat dengan hati-hati dari saku labcoat-nya. Raka melihat tatapan cemas di wajahnya saat Dr. Maya membukanya dengan hati-hati, seolah sedang mengungkapkan rahasia yang tak terucapkan

Di atas kertas itu, huruf-huruf yang tergores dengan garis tajam menatap Raka. "Para pelacur ini, telah menyakiti orang yang menyayangi." Raka merasakan duri-duri kata-kata itu menusuk hatinya, menciptakan semacam kebencian dan dendam yang tak terlukiskan. "Motif yang sangat personal," gumam Raka, suaranya terdengar terengah-engah. la memandangi pesan itu seolah menyelami lapisan kegelapan di dalamnya Pelaku ini merasa terluka oleh pelacur, begitu dalam hingga ia merasa perlu membalas dendam.' Dr. Maya menatap Raka dengan pandangan tajam, cahaya di matanya memancarkan kecerdasan yang menggetarkan. "Ini adalah pesan yang penuh tantangan bagi kita, Raka. Pelaku ingin menunjukkan bahwa ia lebih cerdas, lebih unggul daripada pihak perwajib. la ingin kita terjebak dalam permainan kegelapan dan terus berusaha untuk menemukan jawaban." Raka mengangguk, membiarkan kata-kata itu meresap dalam benaknya. "Kepribadian pelaku yang kompleks, ucapnya sambil meraba dagu, mencoba merangkai teka-teki yang tak terurai. "Pelaku ini mungkin memiliki rasa rendah diri yang mendalam dan ingin mengubah perasaannya itu menjadi rasa superioritas. la ingin merasa lebih pintar, lebih berkuasa daripada pihak penegak hukum yang berusaha untuk menangkapnya. Dr. Maya mengangguk, membenarkan perkataan Raka. Benar, Raka. Kita harus mencari tahu lebih banyak tentang masa lalu pelaku, tentang apa yang nendorongnya melakukan pembunuhan dengan cara yang kejam ini. Tapi ingat, hat-hati dalam menyelidiki. Pelaku ini cerdas dan licin. la mungkin telah mempersiapkan jebakan untuk kita.

Raka menatap Dr. Maya dengan tekad yang menggebu -gebu. "Saya tidak akan mundur, Dr. Maya. Saya akan mengejar pelaku ini sampai ke ujung dunia jika harus. Saya tidak akan berhenti sampai keadilan tercapai bagi korban dan masyarakat. *** Raka Pratama menatap jam tangannya dengan perlahan. Jarum-jarum kecilnya menunjukkan pukul sepuluh malam, mengingatkannya bahwa waktu yang tersisa semakin sedikit. la menghela nafas dalam- dalam, merasakan kelelahan yang menyelinap perlahan ke tubuhnya yang terpenuhi dengan tekanan dan misteri. "Dr. Maya, mungkin sudah waktunya bagi kita untuk pulang," ucap Raka dengan suara lembut, namun dalam kata-katanya terasa getaran yang menandakan bahwa pekerjaan mereka belum berakhir Dr. Maya menoleh dan memberikan senyuman tipis yang mencerminkan kelelahan yang sama. Wajahnya yang cerah terang oleh cahaya lampu, memancarkan keyakinan dan ketegasan yang tak tergoyahkan. la nengangguk, menunjukkan bahwa ia juga merasa perlunya istirahat. Mereka berdua bergerak dengan hati-hati, meninggalkan kamar mayat yang penuh dengan misteri dan rahasia yang belum terpecahkan. Langkah mereka terdengar hening di koridor yang sunyi, seperti tiada seorang pun yang berani mengganggu keheningan malam yang penuh dengan ketegangan

Raka dan Dr. Maya sudah berjalan beberapa meter dari ruang mayat, ketika tiba-tiba mereka terkejut mendengar suara gaduh dari dalam. Raka memutuskan untuk kembali ke ruangan itu dan mencoba mencari tahu apa yang sedang terjadi. Saat Raka membuka pintu, dia langsung terpaku melihat salah satu mayat yang sebelumnya sudah dia periksa tadi, bangkit dari meja otopsi dan membuka mata yang terbelalak. Tubuh korban itu terangkat, seperti terkutuk, dan memandang lurus ke arah Raka. Dr. Maya tak bisa berkata-kata, dia merasa ketakutan dan langsung berlari keluar ruangan. Sementara itu, Raka masih memandang ke arah mayat yang hidup itu. Dia merasakan ada kekuatan yang tak bisa dijelaskan yang terasa dari mayat itu. Raka berusaha untuk mendekati mayat tersebut, namun tiba-tiba, suasana gelap dan angker merasuki ruangan itu dan membuatnya merasa takut. Dengan tergesa-gesa, Raka berlari keluar ruangan dan menutup pintu rapat-rapat. Dia dan Dr. Maya berdiri di lorong, gemetar dan tak percaya pada apa yang baru saja mereka alami. Apakah kamu melihat itu, Dok?" tanya Raka dengar nada yang masih terkejut 'Ya, aku melihatnya," jawab Dr. Maya, mengangguk pelan. Mereka saling pandang dalam keheningan, menyadari bahwa kejadian aneh yang mereka alami bukanlah mimpi belaka. Namun, di sisi lain, mereka merasa sulit untuk mempercayainya

Kita harus kembali ke sana dan melihat apa yang terjadi," kata Raka, mencoba menenangkan dirinya sendiri. Mereka kembali membuka pintu dan masuk ke dalam ruangan. Namun, ketika mereka masuk, tubuh mayat tersebut kembali terkulai lemas di atas meja otopsi Ada aroma anyir dan dingin yang menusuk hidung mereka, membuat mereka merasa mual dan ingin segera keluar dari ruangan itu. Dengan hati yang masih berdebar-debar, Raka dan Dr. Maya melangkah keluar dari kamar mayat. Mereka embali terdiam, mencoba mengumpulkan pikirar mereka dan memahami apa yang baru saja mereka alami. Tentu saja, kejadian itu mengundang banyak pertanyaan dan misteri yang masih belum terpecahkan. Apa yang terjadi pada mayat itu? Apakah ada hubungannya dengan pembunuhan-pembunuhar yang terjadi di kota itu? Bagaimana bisa mayat yang sudah mati itu bisa hidup kembali? Semua pertanyaan itu terus menggelayuti pikiran mereka dan membuat mereka semakin penasaran untuk terus mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi.

Bersambung.........

Tidak ada komentar

Berkomentarlah sesuai dengan topik dengan bahasa yang sopan dan mudah dimengerti.